Sabtu, 21 Juni 2014

Metode Prototyping dalam Pengembangan Sistem Informasi

Melanjutkan postingan sebelumnya tentang metode pengembangan sistem. Metode pengembangan sistem adalah kerangka yang digunakan untuk menstruktur, merencanakan, dan mengendalikan proses pengembangan suatu sistem informasi.
Di postingan sebelumnya telah dibahas tentang metode waterfall, yaitu pengerjaan dari suatu sistem dilakukan secara berurutuan atau secara linier. Jadi jika langkah satu belum dikerjakan maka tidak akan bisa melakukan pengerjaan langkah 2, 3, dan seterusnya. Pada postingan kali ini akan dibahas tentang metode lainnya, yaitu metode pengembangan sistem prototyping.
Prototyping adalah pengembangan yang cepat dan pengujian terhadap model kerja (prototipe) dari aplikasi baru melalui proses interaksi dan berulang-ulang yang biasa digunakan ahli sistem informasi dan ahli bisnis. Prototyping disebut juga desain aplikasi cepat (rapid application design/RAD) karena menyederhanakan dan mempercepat desain sistem (O'Brien, 2005).
Berdasarkan karakteristiknya prototipe sebuah sistem dapat berupa low fidelity dan high fidelity. Fidelity mengacu kepada tingkat kerincian sebuah sistem (Walker et al, 2003).

Low fidelity prototype tidak terlalu rinci menggambarkan sistem. Karakteristik dari low fidelity prototype adalah mempunyai fungsi atau interaksi yang terbatas, lebih menggambarkan kosep perancangan dan layout dibandingkan dengan model interaksi, tidak memperlihatkan secara rinci operasional sistem, mendemostrasikan secara umum feel and look dari antarmuka pengguna dan hanya menggambarkan konsep pendekatan secara umum (Walker et al, 2003).

High fidelity protoype lebih rinci menggambarkan sistem. Prototipe ini mempunyai interaksi penuh dengan pengguna dimana pengguna dapat memasukkan data dan berinteraksi dengan dengan sistem, mewakili fungsi-fungsi inti sehingga dapat mensimulasikan sebagian besar fungsi dari sistem akhir dan mempunyai penampilan yang sangat mirip dengan produk sebenarnya (Walker et al, 2003).

Fitur yang akan diimplementasikan pada prototipe sistem dapat dibatasi dengan teknik vertikal atau horizontal. Vertical prototype mengandung fungsi yang detail tetapi hanya untuk beberapa fitur terpilih, tidak pada keseluruhan fitur sistem. Horizontal prototype mencakup seluruh fitur antarmuka pengguna namun tanpa fungsi pokok hanya berupa simulasi dan belum dapat digunakan untuk melakukan pekerjaan yang sebenarnya (Walker et al, 2003).
Yang berbeda dari metodologi prototipe ini, apabila dibandingkan dengan waterfall, yaitu adanya pembuatan prototype dari sebuah aplikasi, sebelum aplikasi tersebut memasuki tahap design. Dalam fase ini, prototype yang telah dirancang oleh developer akan diberikan kepada user untuk mendapatkan dievaluasi. Tahap ini akan terus menerus diulang sampai kedua belah pihak benar-benar mengerti tentang requirement dari aplikasi yang akan dikembangkan. Apabila prototype telah selesai, maka tahapan aplikasi akan kembali berlanjut ke tahap design dan kembali mengikuti langkah-langkah pada waterfall model. Kekurangan dari tipe ini adalah tim developer pengembang aplikasi harus memiliki kemampuan yang baik karna dalam mengembangkan prototype ini hanya terdapat waktu yang singkat. Sebuah prototiping adalah sebuah sistem dalam fungsi yang sangat minimal.

Tahapan Metodologi Prototipe :
        1. Pengumpulan Kebutuhan dan perbaikan
            Menetapkan segala kebutuhan untuk pembangunan perangkat lunak
        2. Disain cepat
            Tahap penerjemahan dari keperluan atau data yang telah dianalisis ke dalam bentuk                           yang mudah dimengerti oleh user.
        3. Bentuk Prototipe
            Menerjemahkan data yang telah dirancang ke dalam bahasa pemrograman
        4. Evaluasi Pelanggan Terhadap Prototipe
            Program yang sudah jadi diuji oleh pelanggan, dan bila ada kekurangan pada                                     program bisa ditambahkan.
        5. Perbaikan Prototype
            Perbaikan program yang sudah jadi, sesuai dengan kebutuhan konsumen.                                           Kemudian dibuat program kembali dan di evaluasi oleh konsumen sampai semua kebutuhan             user terpenuhi.
        6. Produk Rekayasa
            Program yang sudah jadi dan seluruh kebutuhan user sudah terpenuhi

Keunggulan prototyping adalah :
        1. Adanya komunikasi yang baik antara pengembang dan pelanggan.
        2. Pengembang dapat bekerja lebih baik dalam menentukan kebutuhan pelanggan.
        3. Pelanggan berperan aktif dalam pengembangan sistem.
        4. Lebih menghemat waktu dalam pengembangan sistem.
        5. Penerapan menjadi lebih  mudah karena pemakai mengetahui apa yang                                                diharapkannya.

Sedangkan kelemahan prototyping adalah :
        1. Pelanggan tidak melihat bahwa perangkat lunak belum mencerminkan kualitas perangkat                  lunak secara keseluruhan dan belum memikirkan peneliharaan dalam jangka waktu yang                    lama.
        2. Pengembang biasanya ingin cepat menyelesaikan proyek sehingga menggunakan algoritma               dan bahasa pemrograman sederhana.
        3. Hubungan pelanggan dengan komputer mungkin tidak menggambarkan teknik perancangan               yang baik.

Daftar Pustaka:
Pressman, Roger. 2002. Rekayasa Perangkat Lunak pendekatan praktisi. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Kamis, 19 Juni 2014

Metodologi Pengembangan Sistem

Dalam metodologi penelitian, berisi tentang metode-metode yang digunakan untuk menyusun suatu kerangka penelitian. Seperti yang kita ketahui ada metode kualitatif dan kuantitatif sesuai dengan jenis penelitian yang dibuat. Metode pengembangan sistem adalah kerangka yang digunakan untuk menstruktur, merencanakan, dan mengendalikan proses pengembangan suatu sistem informasi. Banyak ragam kerangka kerja yang telah dikembangkan selama ini, yang masing-masing memiliki kekuatan dan kelemahan sendiri-sendiri.
Suatu metodologi pengembangan sistem tidak harus digunakan untuk semua jenis sistem, karena adanya parameter-parameter yang perlu ditimbangkan dalam menggunakan suatu metode pengembangan sistem, bisa karena pertimbangan teknis, organisasi, proyek, serta tim. Landasan yang menopang rekayasa perangkat lunak teridiri dari (Rogers S. Pressman, 2002: 28):

Metodologi pengembangan perangkat lunak (atau disebut juga model proses atau paradigma rekayasa perangkat lunak) adalah suatu strategi pengembangan yang memadukan proses, dan perangkat (tools). Metode-metode rekayasa perangkat lunak, memberikan teknik untuk membangun perangkat lunak. Berkaitan dengan serangkaian tugas yang luas yang menyangkut analisis kebutuhan, konstruksi program, desain, pengujian, dan pemeliharaan (Rogers S. Pressman:2002). Beberapa contoh metodologi pengembangan sistem yang sering digunakan antara lain, waterfall, prototyping, incremental, spiral, dan metode pengembangan lainnya. Dari metode yang digunakan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Salah satunya akan dibahas tentang metode pengembangan sistem waterfall.

1. Waterfall
Metode ini merupakan metode yang sering digunakan oleh penganalisa sistem pada umumnya. Inti dari metode waterfall adalh pengerjaan dari suatu sistem dilakukan secara berurutuan atau secara linier. Jadi jika langkah satu belum dikerjakan maka tidak akan bisa melakukan pengerjaan langkah 2, 3, dan seterusnya. Secara otomatis tahapan ketiga akan bisa dilakukan jika tahap pertama dan kedua sudah dilakukan.

Secara garis besar metode waterfall mempunyai langkah-langkah sebagai berikut: 

1.1 Analisis
Langkah ini merupakan analisis terhadap kebutuhan sistem. Pengumpulan data dalam tahap ini bisa melakukan sebuah penelitian, wawancara atau studi literatur. Seorang sistem analis akan menggali informasi sebanyak-banyaknya dari user sehingga akan tercipta sebuah sistem komputer yang bisa melakukan tugas-tugas yang diinginkan oleh user tersebut. Tahapan ini akan mengahasilkan dokumen user requirment atau bisa dikatakan sebagai data yang berhubungan dengan keinginan user dalam pembentukan sistem. Dokumen inilah yang akan menjadi acuan sistem analis untuk menerjemahkan ke dalam bahasa pemprograman.

1.2 Desain
Proses desain akan menerjemahkan syarat kebutuhan ke sebuah perancangan perangkat lunak yang dapat diperkirakan sebelum dibuat coding. Proses ini berfokus pada : struktur data, arsitektur perangkat lunak, representasi interface, dan detail prosedural. Tahapan ini akan menghasilkan dokumen yang disebut software requirment. Dokumen inilah yang akan digunakan programer untuk melaukan aktivitas pembuatan sistemnya.

1.3 Coding dan Testing
Coding merupakan penerjemahan desain dalam bahasa yang bisa dikenali oleh komputer. Dilakukan oleh programer yang akan menerjemahkan transaksi yang diminta oleh user. Tahapan inilah yang merupakan tahapan secara nyata dalam mengerjakan suatu sistem. Dalam artian penggunaan komputer akan dimaksimalkan dalam tahapan ini. Setelah pengkodean selesai maka akan dilakukan testing terhadap sistem yang telah dibuat tadi. Tujuan testing adalah menemukan kesalahan-kesalahan terhadap sistem tersebut dan kemudian bisa diperbaiki.

1.4 Penerapan
Tahapan ini bisa dikatan final dalam pembuatan sebuah sistem. SEtelah melakukan analisis, desain dan pengkodean maka sistem yang suda jadi akan digunakan oleh user.

1.5 Pemeliharaan
Perangkat lunak yang sudah disampaikan kepada pelanggan pasti akan mengalami perubahan. Perubahan tersebut bisa karena mengalami kesalahan karena perangkat lunak harus menyesuaikan dengan lingkungan yang baru, atau karena pelanggan membutuhkan perkembangan fungsional.

Keuntungan Metode Waterfall
  • Kualitas dari sistem yang dihasilkan akan baik, karena proses pengerjaannya yang bertahap sehigga tidak terfokus pada tahapan lain.
  • Dokumen pengembagan sistem menjadi terorganisir, karena setiap fase harus terselesaikan dengan lengkap sebelum melangkah ke fase berikutnya. Jadi setiap fase atau tahapan akan mempunyai dokumen tertentu.
Kelemahan Metode Waterfall
  • Diperlukan manajemen yang baik
  • Kesalahan kecil akan menjadi masalah besar jika tidak diketahui sejak awal pengembangan.

Metode pengembangan sistem yang lain insya Allah akan dijelaskan pada postingan selanjutnya...

Daftar Pustaka:
http://nurichsan.blog.unsoed.ac.id/2010/11/19/metode-pengembangan-waterfall-prototyping/

Selasa, 17 Juni 2014

Daftar Pustaka

Daftar pustaka merupakan suatu bagian halaman yang penting dalam suatu karya ilmiah, karena di halaman ini mencantumkan sumber literatur yang kita gunakan sebagai acuan dalam pembuatan karya ilmiah. Penulisan daftar pustaka ini juga menghindarkan dari tindakan plagiat. 
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia daftar pustaka didefinisikan sebagai daftar yang mencantumkan judul buku, nama pengarang, penerbit, dsb yang ditempatkan pada bagian akhir suatu karangan atau buku dan disusun berdasarkan abjad. Daftar sendiri didefinisikan sebagai catatan sejumlah nama atau hal yang disusun berderet dari atas ke bawah.

Daftar pustaka dalam suatu karya ilmiah memiliki fungsi sebagai berikut.
1. Untuk memberikan informasi bahwa pernyataan dalam karangan itu bukan hasil pemikiran penulis sendiri, tapi hasil pemikiran orang lain.
2. Untuk memberikan informasi selengkapnya tentang sumber kutipan sehingga dapat ditelusuri bila perlu.
3. Apabila pembaca berkehendak mendalami lebih jauh pernyataan yang dikutip, dapat membaca sendiri referensi yang menjadi sumber kutipan.

Penyusunan daftar pustaka dan penunjukannya pada naskah mengikuti salah satu dari tiga sistem berikut:
1. Nama dan Tahun, daftar pustaka disusun secara pribadi berdasarkan nama akhir penulis dan tidak dinomori. Penunjukan pada naskah dengan nama akhir penulis diikuti tahun penerbitan.
contohnya 
Buller H, Hoggart K. 1994a. New Drugs for Acute Respiratory Distress Syndrome. New England J Med 337(6): 435-439.
Buller H, Hoggart K. 1994b. The Social Integration of British Home Owners Intorench Rural Communities. J Rural Studies 10(2): 197-210.
2. Kombinasi Abjad dan Nomor, pada sistem ini cara penunjukannya dalam naskah adalah dengan memberikan nomor sesuai dengan nomor pada daftar pustaka yang disusun sesuai abjad.
3. Sistem Nomor, kutipan pada naskah diberi nomor berurutan dan susunan daftar pustaka mengikuti urutan seperti tercantum pada naskah dan tidak menurut abjad.
contohnya
(1) Peranangin, Kasiman. 2006. Aplikasi Web dengan PHP dan MySql. Yogayakarta: Penerbit Andi Offset.
(2) Soekirno, Harimurti. 2005. Cara Mudah Menginstal Web Server Berbasis Windows Server 2003. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Jenis-jenis daftar pustaka berdasarkan jenis sumber yang digunakan.
1. Kelompok Textbook
1.1 Penulis perorangan
Nama penulis (disusun balik). tahun terbit. judul buku (dicetak miring atau garis bawah). edisi dan volume. nama penerbit. tempat terbit. halaman yang dibaca.
contohnya
Stones, H.H. 1962. Oral and Dental Diseases. Ed. ke-4. Livingstone. Edinburgh. Hlm. 50.

1.2 Kumpulan karangan beberapa penulis dengan editor
Nama penulis (disusun balik). tahun terbit. judul karangan/bab diikuti kata "dalam" atau "in". judul buku (dicetak miring atau garisbawah). nama editor. edisi. nama penerbit. tempat penerbit.
contohnya
Burket, L.W. 1977. White Lesions. Dalam.Burket's Oral Medicine. Diagnosis and Treatment. Malcolm A Lynch. Ed ke-7. JB. Lippincott. Philadelphia. Hlm 50-54.

1.3 Buku yang dikarang oleh lembaga
Nama lembaga. tahun terbit. judul buku (cetak miring atau garisbawah). edisi dan volume. nama penerbit. tempat penerbit. halaman yang dibaca.
contohnya
WHO. 1973. Expert commite on rabies 6th report. WHO Technical Report Series No.523.

1.4 Buku terjemahan
Nama penulis. tahun terbit. judul buku (cetak miring atau garisbawah). penerjemah. nama penerbit. tempat penerbit. halaman yang dibaca.
contohnya
Guyton, A.C. 1976. Buku Teks Fisiologi kedokteran. Penerjemah: Adji D. dan P. Lukmanto. EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta. Hal 100-120.

2. Kelompok Jurnal
2.1 Artikel yang ditulis penulis
Nama penulis. tahun penerbitan. judul artikel. nama jurnal (dicetak miring atau garisbawah). volume jurnal diikuti tanda ":". halaman yang dibaca.
contohnya
Fardal, S. dan Turnbull, R.S. 1986. Review of The Literature on Use of Chlorhexidine in Dentistry. J Am Dent Assoc 112:863-869.

2.2 Artikel yang ditulis lembaga
Nama penulis. tahun penerbitan. judul artikel. nama lembaga (dicetak miring atau garisbawah). volume jurnal diikuti tanda ":". halaman yang dibaca.
contohnya
WHO. 1978. Definition of Leukoplakia and Related lesions: an aid to studies on precancer. Oral Surg Oral Med Oral Pathol. 46:517-539.

3. Kelompok Makalah yang telah dipresentasikan tetapi tidak dipublikasikan.
Nama penulis. tahun penyajian. nama forum. nama forum penyajian (dicetak miring atau garisbawah). kota. bulan dan tanggal penyajian.
contohnya
Jones, H.H. 1993. Recurrent Oral Ucleration. Seminar Sehari Hubungan Desain Geligi Tiruan Lepasan dengan Kondisi Mulut dan Lesi Elseratif akibat Kelainan Sistematik. Jakarta. Mei 11.

4. Penulisan dari disertasi/tesis.
Nama penulis. tahun terbit. judul disertasi.tesis (cetak miring atau garisbawah). tempat penerbitan. universitas. kata "disertasi" atau "tesis".

5. Penulisan dari internet.
Nama penulis (disusun balik). tahun penyajian. judul informasi. alamat internet.
contohnya
Mariana, D & Paskarina, C. 2005. Peningkatan Alokasi APBD - Membiayai Sektor Pendidikan. http://www.pikiran-rakyat.com. Diakses pada tanggal 10 November 2010.


Sumber:
http://lecturer.eepis-its.edu/~arna/Bahasa%20Indonesia/04%20Penulisan%20Daftar%20Pustaka.pdf.
http://kangmoes.com/artikel-tips-trik-ide-menarik-kreatif.ulasan/daftar-pustaka.html